Selasa, 03 Januari 2012
Inspirasi dan Pengharapan 2012 andik vermansyah
JAKARTA—Datangnya 2012 menjadi inspirasi tersendiri bagi sejumlah pelaku sepakbola, terutama para pemain. Sejumlah pemain bertekad memperbaiki kualitasnya pada 2012 sehingga turut menaikkan kualitas dan level mereka dibanding sebelumnya.
Pemain yang bersinar terang pada 2011, Andik Vermansyah, tak luput berharap banyak pada tahun ini. Ia ingin prestasinya jauh lebih baik dari apa yang dicapainya tahun lalu, walau status kebintangannya sudah bersinar terang baik di timnas maupun Persebaya Surabaya.
Impian yang paling menjadi prioritas adalah menembus timnas senior, setelah kontribusi positif di timnas U-23. Walau terbilang masih muda, 20 tahun, ia ingin menaikkan levelnya ke timnas senior dan itu diangap sebagai prestasi yang luar biasa.
Mimpi memperkuat timnas senior memang sudah lama diidamkan pemain kelahiran Jember ini. Kini ia selangkah telah mendekati impiannya karena telah dipercaya memperkuat Timnas U-23 di SEA Games XXVI 11-22 Oktober 2011 lalu.
Kendati hanya berkalung medali perak karena dikalahkan Malaysia di babak final, aksi impresif pemain bernomor punggung 10 di Persebaya ini membuat banyak pihak berdecak kagum. Apalagi, aksi Andik ketika memperkuat Indonesia Selection melawan LA Galaxy di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) 30 November 2011 sempat berbuah hasiah kostum David Beckham.
“Masuk timnas senior tak mudah. Butuh perjuangan keras dan berdoa. Saya siap untuk itu dan semoga sepanjang 2012 saya dalam kondisi yang bagus. Itu harapan saya,” tukas pemain yang diminati FC Porto dan Benfica, dua klub papan atas Portugal.
Andik sejauh ini mencatat tujuh cap bersama Timnas U-23 dan itu sebenarnya masih tergolong minim. Nama Andik baru terdengar saat timnas U-23 mulai mempersiapkan diri untuk SEA Games.
Sementara, pemain depan Persibo Bojonegoro Samsul Arif juga berharap pada 2012 karirnya di timnas dan klub jauh lebih baik. Striker kelahiran Bojonegoro tersebut berhasil menembus timnas senior, namun belum mampu mengangkat pamor timnya.
“Saya ingin membawa Persibo ke posisi yang lebih bagus musim ini, sekaligus tetap berada di timnas. Keduanya menjadi impian saya, karena baik Persibo maupun karir di timnas sama-sama penting,” ujar kapten Laskar Angling Dharma tersebut.
Samsul yang menjadi bintang di klubnya sejauh ini baru mencetak sebiji gol dalam tiga pertandingan Persibo di awal IPL. Namun ia lebih mementingkan kemenangan timnya dibanding target pribadi mencetak gol.
Sementara, datangnya 2012 juga memberikan ekspektasi tersendiri bagi pelatih Maklum, sepanjang 2011 lalu, pelatih menjadi ‘korban’ ketidakpastian walau mereka tidak sekencang pengurus klub atau pemain dalam berteriak mengutarakan pendapat.
Pihak yang dilanda nestapa adalah pelatih lokal yang tersingkir dari persaingan di klub level teratas. Serbuan pelatih asing ke Jawa Timur maupun klub dari daerah lain terpaksa menggusur pelatih lokal dan membuat mereka tersudut di tim level dua atau di bawahnya.
Nama-nama seperti Subangkit, Suharno, Mustaqim, Gusnul Yakin, Agus Yuwono, maupun Sartono Anwar, kini terhapus dari klub level satu. Mereka diganti pelatih-pelatih asing yang secara prestasi sebenarnya juga tak semuanya cemerlang dan malah ada yang masih awam soal sepakbola tanah air.
“Ini situasi terburuk yang pernah kami hadapi sebagai pelatih lokal. Melihat klub-klub di Jawa Timur saja, maka sudah terlihat bagaimana masa depan pelatih lokal nanti. Seharusnya ada kebijakan khusus dari PSSI dalam menyikapi masalah itu,” ungjap Suharno, mantan arsitek Deltras Sidoarjo dan Persiwa Wamena.
Mimpi buruk pelatih lokal tersebut sebagai imbas ‘industrialisasi’ sepakbola yang tengah menjangkiti klub. Beralasan meningkatkan daya tawar kepada pihak sponsor, klub beramai-ramai mendatangkan pelatih asing. Akhirnya pelatih lokal yang prestasinya sedang-sedang saja menjadi korban.
Masih menurut Suharno, ia berharap pada 2012 ada kebijakan tertentu soal pemakaian pelatih asing, seperti halnya pembatasan pemain asing. Ia khawatir ke depannya timnas akan krisis pelatih lokal. “Itu akan sama seperti di Inggris yang terpaksa mengimpor pelatih. Kami ingin pelatih lokal tidak diabaikan,” tambah pria asal Malang ini.
Ia mengakui secara prestasi mungkin pelatih lokal masih belum menyamai pelatih asing. Namun seharusnya pelatih lokal tetap diberi kesempatan di level tertinggi agar terlatih untuk bersaing dengan arsitek asing. Selain itu juga memberikan tempat bernafas bagi pelatih-pelatih muda.
(Kukuh Setiawan/Koran SI/raw)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar