Selasa, 12 April 2011

persebaya 1927 pinang gelora bung tomo

  11 April jam 17:48

Selasa, 12 April 2011 | 09:25 WIB

SURABAYA – Hijaunya rumput Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) yang masih perawan dari pertandingan sepakbola, ternyata membuat Persebaya 1927 ngiler. Itu dibuktikan dengan keinginan Aji Santoso untuk memindah home base timnya dari Stadion Geloro 10 Nopember, Tambaksari, ke Stadion GBT yang belum pernah digunakan untuk menggelar kompetisi resmi.

”Kami sudah pernah berlatih dua kali di Stadion Bung Tomo. Kondisi lapangan dan rumputnya sangat bagus. Kami ingin sekali direstui KONI Surabaya untuk memanfaatkannya sebagai hobe base kami,” kata Aji saat dihubungi Surabaya Posat, Selasa (12/4) pagi).

Bahkan, menurut tiga pemain asingnya, rumput seperti yang menjadi permadani Stadion GBT akan membuat permainan mereka lebih lepas, nyaman, dan maksimal dalam mengeksploitasi kemampuan individu dan kerjasama tim. ”Para pemain asing kami sangat kaget ketika kami ajak berlatih di sana. Mereka merasa nyaman dan lepas dalam bermain, bahkan mereka sempat bertanya, mengapa Stadion Bung Tomo yang ideal dan memenuhi standart internasional ini tidak mereka manfaatkan sebagai home base,” ujar mantan pemain nasional ini.

Pujian para pemain asing Persebaya 1927 terhadap Stadion GBT, sebagaimana data yang ada sangatlah tidak salah. Stadion GBT merupakan stadion masa depan milik Pemkot Surabaya. Stadion yang biaya pembangunannya sekitar Rp 500 miliar itu akan diserahkan pada KONI Surabaya sebagai pengelolanya. Kapasitas stadion hampir dua kali lipat dari Gelora 10 Nopember. Sedangkan rumput yang menjadi permadani lapangan merupakan rumput khusus yang diimpor dari Swedia dengan nyaris menembus angka 2 miliar rupiah. Sejauh ini, GBT baru sekali dipakai, yakni pada laga Charity Games pertengahan 2010 lalu.

Ironisnya pemanfaatan secara maksimal Stadion GBT belum dapat dilakukan. Konon pembangunan stadion dengan rincian biaya pembangunan Stadion Bung Tomo sekitar Rp 440 miliar, Stadion Indoor berkapasitas 10 ribu orang dengan anggaran pembangunan Rp 63 miliar dan masjid berkapasitas 800 orang dibangun dengan biaya Rp 3 miliar itu menyimpan masalah lama. Banyak warga yang mempersoalkan tanah seluas 100 hektar yang dimanfaatkan. Salah masalahnya adalah proses tukar guling warga pemilik lahan disitu yang belum diselesaikan Pemkot Surabaya saat dipimpin Bambang DH sebagai Walikota.

Kendati stadion GBT masih berjibun masalah yang cukup kruisal dan perlu penyelesaian secepatnya agar tidak merugikan warga pemilik lahan yang digunakan untuk pembangunan, tapi tak membuat Aji Santoso untuk membatalkan niatnya memindah home base tim asuhannya ke Stadion GBT.

”Dalam kapasitas sebagai pelatih, saya ingin memberikan hak pada para pemain untuk bermain aman, nyaman, dan maksimal dalam mengeksplorasi kemampuannya. Namun keputusan menerima ususlan pindah home base itu tetap pada manajemen,” katanya.

Sedangkan dasar keinginan Aji untuk pindah home base itu, adalah kondisi stadion Gelora 10 November yang sudah tidak mendukung lagi untuk keamanan dan kenyamanan bermain sepak bola. Itu seperti yang terjadi saat home terakhir Persebaya 1927 kontra Jakarta FC. Derasnya hujan yang turun membuat pemain tidak bisa maksimal menunjukkan skillnya, bahkan genangan air setinggi mata kaki pemain di hampir semua sudut lapangan berpeluang membuat pemain cedera dalam bertanding.

“Saya prihatin melihat kondisi Gelora 10 Nopember yang tidak layak lagi itu. Jika kondisi ini dibiarkan berlarut-larut, saya yakin banyak pemain yang akan mengalami cedera ringan dan permanen,” katanya sembari berharap, “Hendaknya KONI Surabaya, Pemkot Surabaya, KONI Jatim, dan Pemprov Jatim segera memberikan solusi yang ideal untuk perkembangan sepak bola di Jatim umumnya dan Surabaya, khususnya dalam pengadaan lapangan sepak bola.” Ima,m6
Share

Tidak ada komentar:

Posting Komentar