Selasa, 16 November 2010

Bung Tomo, Pahlawan Bonek!!??

 Bukan bermaksud melecehakan salah satu pahlawan bangsa dengan menggelarinya “bonek”, tapi sekedar mencari tahu adakah kesamaan beliau dengan suporter Persebaya.
Jika mendengar bonek, yang terbayang adalah gerombolan suporter berkaus hijau khas team persebaya, bersikap anarkis, garang, urakan, dan yang lebih pasti rela pergi jauh tanpa punya bekal walau naik atap kereta ekonomi dan makan hasil meminta-minta atau menjarah pedagang , klop banget dengan julukan bonek (bondo nekat), istilah yang muncul era akhir ‘80an ketika away supporters ini ramai-ramai mengiringi persebaya ke jakarta menjelang final liga indonesia. mulai saat itulah aksi mereka makin tersohor karena kefanatikan dan kenekatan mereka tak dimiliki suporter lain, akibat ulahnya tak sedikit menjadi korban, baik materiil ataupun non materil, berbagai sangsi disiplin tak membuat mereka jera hingga terakhir peristiwa di awal 2010 ketika mereka bertandang ke bandung..
Ternyata aksi anarkis telah dilakukan oleh nenek moyang arek-arek suroboyo ini sejak lampau. Pada tanggal 18 September 1945 W.V.Ch Ploegman pimpinan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang tinggal di hotel yamato berani mengibarkan bendera merah-putih-biru, menandakan kepongahan mereka bahwa indonesia harus kembali lagi ke pangkuan belanda, mulanya pemuda surabaya mengadakan perundingan, karena gagal bahkan Ploegman mengancungkan revolver ke arah pemuda membuat meraka naik darah, tak peduli di sarang musuh ataupun kalah dari segi fisik dan persenjataan, seorang diantara pemuda menendang revolver dan mencekik ploegman hingga tewas, saling hantam balas pukul antara pemuda dan tentara belanda berlangsung di dalam hotel, dihiasi peristiwa heroik perobekan bendera negara belanda !!! merobek bendera salah satu negara sekutu pemenang perang dunia II sungguh tindakan sangat nekat dan berani, mengingat negara kita baru merdeka sebulan sebelumnya, peristiwa tersebut merembet menjadi perang terbuka antara rakyat surabaya yang tentu saja mayoritas pemuda melawan sekutu. kalau saja sekutu tidak meminta presiden Soekarno untuk meredakan arek-arek yang nekat ini, tentu sekutu sudah habis terbantai di tangan “bonek” pasca proklamasi ini. Ternyata keadaan ini hanya reda sesaat, yang ada di hati dan otak mereka adalah kebencian kepada penjajah hingga klimaksnya terbunuhnya Brigadir Jenderal Mallaby di tangan pemuda. Sekutu tak tinggal diam, meraka mengultimatum untuk siapa saja yang bersenjata agar menyerahkan senjatanya pada 10 November 1945. Tepat tanggal sepuluh, bukan antrian menyerahkan senjata yang dilakukan tapi melainkan perlawanan sengit yang mereka lakukan.
Bung Tomo alias sutomo boleh dibilang profokator pemuda waktu itu, teriakan perlawan dan pekik takbir dia kumandangkan lewat radio tentu saja makin menyulut tekad dan keberanian para pemuda, tak tanggung-tanggung yang mereka hadapi adalah kekuatan berpengalaman perang antar negara berjumlah 30000 personil didukung 50 pesawat puluhan tank sherman dan kapal-kapal laut bermeriam kaliber besar yang membombardir lewat laut. Lalu apa modal pemuda waktu itu menghadapi kekuatan adidaya sekutu??? Hanya nekat!! Usia negara seumur jagung baru ditanam punya apa?? Tentara  indoneisia hanya berbekal senjata rampasan jepang dan hasil latihan ketika ikut PETA, karena melihat modal yang dimiliki pejuang hanya itu maka sekutu memperkirakan perang akan berakhir dalam tempo 3 hari saja, ternyata meleset perang berlarut dan malah menyulut perlawanan serupa di kota-kota lain. Tentu saja modal nekat yang mendarah daging di tubuh pejuang kita tidak mereka perkirakan sebelumnya. Maka jangan salahkan jikalau merekapun pantas disebut bonek atau malah mbahnya bonek.
Kalau boleh saya menyebut bonek atau arek-arek suroboyo ini adalah high explosive semacam C-4 ataupun TNT, punya potensi dan kekuatan yang dahsyat. Manfaat dan kerugiannya tergantung dimana dia digunakan dan siapakah sebagai detonator alias pemicunya. Jika dulu Bung Tomo lah pemicu itu, dia ledakkan potensi itu untuk melawan musuh hingga membuat mata dunia terbelalak. Sifat atau temperamen masyarakat surabaya  sejak dulu terkenal keras tanpa basa basi yang membuat bondho nekat ini terus ada sejak jama perjuangan hingga era reformasi sekarang ini, tinggal di manakah mereka akan digunakan, dan oleh siapakah yang akan menyulut mereka!!??? jika ingin bonek ini terarah dan bermanfaat bagi bangsa tentu tak usah kita bakar kemenyan untuk mengundang arwah bung Tomo kembali :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar