Minggu, 19 September 2010

BONEK: ANTARA FANATIK DAN ANARKI?


 

Kebanyakan orang Indonesia pasti tau apa itu bonek? Yup bener, bonek adalah singkatan dari bahasa Jawa yang artinya BONDO NEKAD, ato kalo di Indonesiakan MODAL NEKAD. Yah itulah julukan yang dberikan oleh pers JATIM saat pendukung Surabaya berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mendukung tim kesayangan mereka PERSEBAYA. Dan menurut sejarahnya, kebiasaan untuk mendukung secara away dalam dunia sepakbola kita ini dirintis oleh para bonek ini.
Bonek yang mengaku dirinya sebagai supporter militan, nyatanya hanya meresahkan masyarakat dalam lingkup nasional. Kalau dilihat dari trek recordnya maka bonek memang identik dengan yg namanya kerusuhan. Andai saja seluruh supporter Indonesia seperti bonek! Trus apa jadinya sepakbola Indonesia, maju? Bukan tapi pasti terkenal ke seluruh dunia, sebagai sepakbola ter’anarkhis! Apalagi saat melihat  kejadian beberapa waktu yang lalu, saat bonek mania itu berbondong-bondong mendukung tim kessayaangannya, PERSEBAYA, yang terlintas dipikiran gw adalah KONYOL! Mati KONYOL, Tawur KONYOL, Kalah KONYOL….
Yah ga Tau juga seh gimana pandangan supporter yang lainnya. Tapi memang sebuah pertandingan tanpa adanya kericuhan itu ga seru (bukan bermaksud untuk menghalalkan tawur menawur), tapi juga diliat2 dunk kalo bikin ricuh jangan sampe merugikan pihak lain, terutama rakyat  jelata, khususnya para pedagang…..mas, mereka juga butuh makan, butuh menghidupi anak-anak mereka, ga hanya kalian yang butuh makan!
Yang jadi pertanyaan gw, apakah dalam pikiran bonek(ga semuanya, mungkin hanya oknumnya) kemaren itu isinya hanya makan gratis,jalan gratis?penjarahan disanasini hanya mereka pikir sebagai hal biasa yang pantas dilakukan dimanapun sepertinya. Hadwwwuh-hadwwwuh mas, mbok inget kata2nya pak ustadz “barang yg ga halal itu, pasti ga jadi nikmat” dan mesti hasilnya gampang lapar, ya to? Ya to?
Tapi salut juga seh bwat bonek yang punya tata krama, soalnya pas kemaren away ke jogjah, bonek juga banyak kog yang bersikap santun. Mereka ga gitu aja jarah (eh sebenarnya emang toko-toko dah duluan tutup, takut bonek berulah). Mereka ngamen sana sini, mereka tetep bisa jaga sikap….(dua jempol gedhe buat bonek yg seperti itu). Saat pulang pun juga dengan sopan.
Trus carut marutnya sepakbola kita ini siapa yang bertanggungjawab?mau ngomong itu tanggung jawabnya pemerintah? ato tanggung jawabnya supporter? Ato tanggung jawabnya pak Polisi alias pihak keamanan. Menurut gw seh, sebenernya ini adalah tanggung jawab kita semua
Pada kenyataannya kericuhan dalam sepakbola ini bukan semata-mata salah supporter melainkan salah berbagai pihak, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa sumbangan supportterlah yang paling besar saat kericuhan itu terjadi.
HANYA DEMI TIM KESAYANGANKAH?
Ricuh hanya demi tim kesayangan?Ah….ga juga. Kalo menurut pandangan gw, yang terjadi selama ini adalah supporter memang menunggu kesempatan baik untuk berulah. Dan waktu yang tepat adalah saat tim kesayangan beraksi, yah jadi semacam penaluran hobi, hobi tawur.
Sebagai seorang supporter yang juga slalu mendukung saat home ataupun away, memang tidak dapat dipungkiri bahwa hal yang mudah menyulut pertengkaran adalah pertandingan itu sendiri. Etah dari segi keputusan wasit maupun dari para pemain sendiri. Apa lagi ketika bertemu dengan musuh bebuyutan, gesekan sedikit saja dilapangan akan mengakibatkan pecahnya tawur entah dijalan maupun di stadion.
Sebenarnya sering sedih juga kalo melihat ataupun mendengar bahwa supporter sering jadi korban, entah meninggal atapun terluka. Apa sih sebenarnya yang mereka perjuangkan? Makan? Hidup? Pekerjaan? buka kan….smuanya hanya demi gengsi untuk mendewakan tim kesayangan. Apakah untungnya bagi para supporter itu? jawaban yang utama tentu adalah kepuasan. Tapi apakah kepuasan itu sebanding bila harus dibayar dengan luka2 bahkan nyawa? gw rasa ga pantes! Tapi bagi orang yang fanatic pasti hal tersebut akan menjadi sangat wajar demi menjunjung tinggi panji2 kebesaran tim mereka.  Yah tapi semuanya juga kembali lagi kepada diri masing2 supportter, mau tawur, mau damai, mau luka, mau nyawa  adalah mutlak menjadi hak para supporter iu. Hanya akan lebih baik lagi jika wajah persebakbolaan kita bila tidak dinodai dengan anarkisme. Alangkah indahnya bila supporter kita bisa bersatu tanpa terpecah2 hanya karena warna kostum yang berbeda. Hidup sepakbola, hidup supporter, hidup perdamaian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar